Penguatan Hubungan Diplomatik Lewat Sektor minyak kelapa sawit mentah (CPO)

Pada 14 April 2025, Indonesia dan Yordania menandatangani nota kesepahaman (MoU) di bidang pertanian. Penandatanganan dilakukan di Istana Al Husseiniya, Amman. Presiden RI Prabowo Subianto dan Raja Yordania Abdullah II bin Al-Hussein turut menyaksikan momen penting ini.

MoU tersebut mencakup pengembangan sumber daya manusia, pertukaran teknologi, dan perdagangan produk pertanian. Kerja sama ini menjadi tonggak baru dalam hubungan bilateral kedua negara. Fokus utamanya adalah penguatan sektor pangan dan energi berbasis sumber daya alam.

Komitmen Yordania: Siap Serap CPO Indonesia Tanpa Batas

Dalam pertemuan bilateral tersebut, Menteri Pertanian Yordania, Khaled Al Henefat, menyampaikan bahwa negaranya siap mengimpor minyak kelapa sawit mentah (CPO) dari Indonesia dalam jumlah besar. Bahkan, ia menegaskan tidak akan ada batasan kuota—volume CPO yang diimpor akan menyesuaikan kebutuhan industri dan energi domestik Yordania.

CPO tersebut akan digunakan sebagai bahan baku energi ramah lingkungan. Pemerintah Yordania sedang mendorong pengembangan energi berkelanjutan sebagai bagian dari agenda nasional mereka.

Indonesia Siap Penuhi Permintaan Pasar Timur Tengah

Menanggapi peluang ini, Menteri Pertanian Indonesia, Andi Amran Sulaiman, memastikan bahwa Indonesia sangat siap menjadi pemasok utama CPO untuk Yordania. Dengan kapasitas produksi nasional yang mencapai sekitar 46 juta ton per tahun, Indonesia memiliki pasokan yang memadai untuk mendukung ekspor sekaligus menjalankan program biodiesel dalam negeri seperti B40 dan B50.

Amran juga menambahkan bahwa kerja sama ini akan memperkuat posisi Indonesia sebagai produsen dan eksportir CPO terbesar di dunia.

Manfaat Strategis: Perluasan Pasar dan Diversifikasi Ekspor

Kerja sama ini bukan hanya berdampak positif pada hubungan diplomatik kedua negara, tapi juga membuka jalan bagi ekspansi pasar CPO Indonesia ke kawasan Timur Tengah. Di tengah tantangan perdagangan global, seperti tekanan regulasi dari Uni Eropa terhadap komoditas sawit, pasar alternatif seperti Yordania menjadi sangat krusial.

Langkah ini juga sejalan dengan strategi pemerintah Indonesia untuk mendiversifikasi mitra dagang dan memperkuat ketahanan ekonomi nasional melalui sektor pertanian dan energi berbasis sumber daya berkelanjutan.