
Tanah Longsor di Tambang Emas Ilegal Gunung Botak
Maluku kembali diguncang tragedi pertambangan ilegal. Pada Sabtu, 8 Maret 2025, tanah longsor melanda area tambang emas ilegal di Gunung Botak, Desa Persiapan Wansait, Kecamatan Waelata, Kabupaten Buru, Maluku. Akibatnya, tujuh orang penambang meninggal dunia setelah tertimbun material longsor. Para korban tidak sempat menyelamatkan diri saat longsor tiba-tiba terjadi.
Longsor ini terjadi di area yang sudah lama dikenal sebagai pusat aktivitas penambangan ilegal. Meski pemerintah dan aparat keamanan telah berulang kali melakukan operasi penertiban, aktivitas pertambangan ilegal di Gunung Botak masih terus berlangsung.
Penyebab Longsor: Hujan Deras dan Bak Penampung Air Jebol
Menurut Kapolres Buru, AKBP Sulastri Sukidjang, longsor terjadi setelah hujan deras mengguyur kawasan tersebut sejak pagi hari. Hujan lebat mengakibatkan bak penampungan air jebol, sehingga tanah di sekitarnya tidak mampu menahan beban dan akhirnya longsor. Penambang yang saat itu sedang bekerja di dalam lubang tambang tidak memiliki kesempatan untuk melarikan diri.
Kondisi tanah di Gunung Botak yang labil semakin memperparah risiko longsor. Penambangan ilegal yang tidak memperhatikan aspek keselamatan dan teknik pertambangan yang benar menyebabkan struktur tanah menjadi rapuh dan rawan bencana.
Identitas Korban
Dari tujuh korban yang tewas, lima di antaranya berasal dari Maluku Utara. Berikut adalah daftar korban yang berhasil diidentifikasi:
- Isra (51) – warga Malifut, Halmahera Timur
- Sarbia (49) – istri Isra
- Iman (8) – anak dari Isra dan Sarbia
- Badrun (41) – warga Desa Tahane, Pulau Makean, Ternate
- Asni – seorang tukang masak asal Desa Tahane, Pulau Makean, Ternate
- Dua korban lainnya belum berhasil diidentifikasi.
Pihak kepolisian dan tim penyelamat masih berupaya melakukan evakuasi korban. Proses pencarian sempat terkendala kondisi medan yang sulit dan risiko longsor susulan. Sementara itu, keluarga korban masih menunggu kabar di posko yang telah disiapkan oleh pihak berwenang.
Tragedi yang Terulang
Peristiwa ini bukanlah kejadian pertama di Gunung Botak. Sebelumnya, pada November 2022, tiga penambang juga tewas tertimbun longsor di lokasi yang sama. Bahkan, dalam beberapa tahun terakhir, puluhan nyawa melayang akibat aktivitas tambang ilegal yang tidak mematuhi standar keselamatan.
Gunung Botak sendiri telah lama menjadi sorotan karena maraknya pertambangan ilegal yang tidak hanya mengancam keselamatan pekerja tetapi juga merusak lingkungan. Upaya penutupan dan penertiban oleh aparat sering kali tidak berjalan efektif, karena para penambang terus kembali dan beroperasi secara sembunyi-sembunyi.
Bahaya Pertambangan Ilegal yang Tak Kunjung Berhenti
Kejadian ini kembali menyoroti bahaya aktivitas penambangan emas ilegal yang dilakukan tanpa standar keselamatan yang memadai. Selain membahayakan nyawa para penambang, aktivitas ini juga merusak lingkungan sekitar. Penggunaan bahan kimia berbahaya seperti merkuri dan sianida dalam proses pengolahan emas turut mencemari sumber air dan merusak ekosistem setempat.
Pemerintah setempat dan aparat kepolisian diharapkan mengambil langkah tegas untuk menertibkan pertambangan ilegal demi menghindari jatuhnya korban lebih banyak di masa depan. Selain itu, diperlukan solusi jangka panjang berupa pemberdayaan ekonomi bagi masyarakat sekitar agar tidak lagi bergantung pada tambang ilegal yang berisiko tinggi ini.