
Dampak Kebijakan Terhadap Pendapatan Porter di Pelabuhan Merak
Para porter di Pelabuhan Merak, seperti Tarmidi, merasakan dampak besar dari kebijakan baru yang menyediakan troli gratis di pelabuhan. Sebelum kebijakan tersebut diterapkan, Tarmidi bisa menghasilkan sekitar Rp100.000 dalam setengah hari dengan mengangkat barang penumpang. Namun, setelah troli gratis disediakan, banyak penumpang lebih memilih menggunakan troli sendiri daripada memanfaatkan jasa ini. Akibatnya, pendapatan Tarmidi menurun tajam dan ia kini menghadapi kesulitan ekonomi.
Pengaruh pada Pekerja Berpengalaman
Mad Usup, yang telah bekerja sebagai porter selama 15 tahun, juga merasakan penurunan pendapatan akibat kebijakan ini. Biasanya, Usup bekerja nonstop selama musim mudik Lebaran, mencari pemudik yang membutuhkan bantuan. Namun, tahun ini, arus pemudik lebih sepi dibandingkan sebelumnya, dan pendapatannya pun berkurang. Bahkan, pada hari biasa, ia tidak bisa menghasilkan uang sebanyak sebelumnya.
Penyusutan Pendapatan Selama Musim Mudik
Sahabat, seorang porter yang sudah beberapa tahun bekerja di Pelabuhan Merak, mengungkapkan bahwa musim mudik biasanya menjadi waktu yang menguntungkan, dengan pendapatan mencapai Rp300.000 dalam sehari. Namun, dengan adanya troli gratis, banyak penumpang yang tidak lagi membutuhkan jasa ini, dan Sahabat harus mencari cara lain untuk mengatasi penurunan pendapatannya.
Harapan Para Porter
Para porter yang terdampak kebijakan ini berharap pengelola pelabuhan dapat mempertimbangkan kembali kebijakan troli gratis atau mencari solusi lain yang menguntungkan kedua belah pihak. Bagi mereka, pekerjaan ini sangat penting untuk memenuhi kebutuhan keluarga, terutama saat musim mudik.
Kebijakan serupa di tempat lain dapat berisiko berdampak negatif pada mata pencaharian pekerja informal yang bergantung pada sektor jasa. Oleh karena itu, para porter berharap pihak berwenang bisa mempertimbangkan kesejahteraan mereka dalam pengambilan kebijakan yang berdampak langsung pada kehidupan mereka.